Kamis, 08 Desember 2022 Spain

Alasan Kenapa Memilih Spanyol sebagai Destinasi Pertamamu ke Benua Biru Enggak akan bikin Kamu Nyesel!

Alhambra Palace, view dari Masjid Granada. 

“Enggak ada turis Indonesia ya?”, celetuk Agung sesaat setelah kami masuk ke gedung terminal Madrid-Barajas Airport. Saya jadi celingukan lalu dengan cepat mengamini yang Agung bilang. Saya sebenarnya setengah sadar saat itu, kaki saya serasa enggak benar-benar napak tanah. Kami baru saja sampai setelah 17 jam terbang dari Jakarta-Dubai-Zurich dan Zurich-Madrid, pluuss sekitar 6 jam transit. Woooaah~ Engga usah ditanya lagi boyok hamba kek mana rasanya. Kalo bisa saya lepas, saya lepas dulu deh. Tapi untungnya saat itu saya bareng temen, dan temennya itu Agung lagi yang reliable—angkat topi. Jadi saya hanya modal nyeret kaki dan koper aja, Agung yang sibuk cari alternatif transport keluar Bandara. Hehe, Maapkan ya Gung!


Di circle saya, saya jarang sekali sih dengar cerita tentang Spanyol. Travel blogger/vlogger, influencer yang saya follow juga sepertinya belum ada yang bahas-bahas travelling ke Spanyol. Kalau travelling ke Eropa, biasa destinasi wajibnya itu Swiss, Iceland, Perancis, Italia, Belanda. Anyway, orang kita banyak duit ya, padahal di Swiss pip*s aja bayar 30 ribu, hiks. Kayaknya Spanyol enggak favorit karena posisi geografisnya agak syulit ya kalo mau dibikin rute yang nyambung gitu. Biasanya kan style trip ke Eropa itu jalan sekali dapatnya banyak, mumpung. Kami maunya gitu juga sih, hehe. Tapi ya apa daya banyak yang belum buka border, jadi jalanin yang ada aja dan ternyataaa... I was totally mesmerized by the whole thing!



Spanyol Bagaikan Negeri Dongeng!


Alcazar de Segovia. Luv!


"Cinderella's Castle!", kata Agung sambil nunjuk, dan seperti layaknya orang yang kurang berwawasan saya cuma jawab, "Hah? Mana?". Lalu si kamus berjalan akan kasih a brief tentang apa yang sedang kami lihat. Hahaha. Kastil yang ditunjukin Agung itu adalah Alcázar de Segovia, yaitu kastil yang jadi simbol ciri khas-nya Disney. Kastilnya ada di tempat yang tinggi dengan taman luas di gerbang masuknya. Dari Kastil, di kejauhan kita bisa melihat hamparan tanah berbukit berwarna kuning yang bertabrakan dengan horison dan membuat awan kinton seolah-olah hampir nempel tanah. Yang lebih membagongkan lagi, di jarak dekat kita bisa melihat rumah dan gereja bergaya abad pertengahan berwarna coklat/krem yang kontras dengan lapangan rumput dan pepohonan berwarna hijau segar. Indaaah banget! Speechless! Kami waktu itu nyempetin brunch di cafe samping Kastil yang punya area outdoor. Untung aja Agung kekeuh milih outdoor, karena demi apapun pemandangannya bikin melongo. Didepan kami ada Cathedral de Segovia yang berlatar belakang pegunungan Guadarrama. Aaaaak! Luv!


Menurut saya, foto ini masih belum cukup menggambarkan betapa cantiknya pemandangan dari Alcazar de Segovia.

Si Nestea dan fans-nya. >.<
Saya nobatkan ini sebagai br(l)unch paling “mevvah” tahun ini. I mean, look at the view! 💟


Kalian pernah denger dramanya Hyun Bin yang judulnya Memories of the Alhambra, pernah lah ya? masa enggak? maksa dong! Hehe.  Kalo kamu google rekomendasi tempat wisata di Spanyol, Alhambra ini pasti masuk salah satu daftar tempat yang wajib disamperin. Udah kebayang ya pastinya tempat ini akan penuh sama Turis. Kalo kamu si tipe anti-mainstream, jangan salah paham dulu ya karena Alhambra ini cantik banget & worth to visit! Yha, walaupun harus agak sabar dikit karena masuknya antri, plus nemu orang yang pura-pura nanya sama orang depan tapi sebenarnya nyerobot antrian. Mau diteriakin, “Hey! Ferguso!!!”, tapi kan Marimar film Meksiko ya bukan Spanyol, engga ngerti pula dia dikatain.


Spot foto favorit di Nasrid Palace.


Alhambra Palace ada di kota Granada, lokasinya di atas bukit gitu, jadi pemandangannya adalah kota yang indah dengan bangunan berwarna seragam putih dan krem. Alhambra sendiri berwarna merah bata kontras dengan sekitarnya. Apalagi kalo kena sorot matahari waktu sunset, pasti kamu akan refleks nyanyi “Hey! You’re so gorgeous~“, Hehe. Alhambra, seperti banyak referensi bilang, adalah salah satu contoh arsitektur Moorish berumur ratusan tahun dan bangunannya juga masih banyak yang utuh. Design-nya elegan dengan detil kaligrafi di dinding-dinding bangunannya yang indah banget, belum lagi geometric pattern-nya. Saya jadi membayangkan istana putri Jasmine-nya Aladdin. Saking kagumnya, saya jadi pengen belajar bahasa Arab supaya bisa baca tulisan-tulisan di dinding itu. Wkwk. Tapi anehnya, orang Timur Tengah yang ada disamping saya saat itu juga tidak bisa baca tulisannya lho. Mungkin mereka juga enggak bisa bahasa Arab. Salah satu kalimat yang berhasil saya baca adalah “Laa gholiba illallah”, sebuah semangat yang dipahat di hampir seluruh dinding Nasrid Palace.


Albaicin District, view dari Alhambra Palace.


Kota Granada sendiri punya banyak pesona and worth to exploreVibes-nya romantis menurut saya, mungkin karena efek Hyun Bin dan Park Shin-hye. Hehe. Sekilas kamu akan bisa merasakan ada nuansa Maroko atau Timur Tengah, lalu nuansanya tiba-tiba berubah menjadi seperti di Vatikan. Beberapa sudut kota juga terasa seperti Edinburgh. Ini karena arsitektur bangunan Granada terpengaruh style Moorish, Renaissance, Gothic, dan Baroque gitu.. Gimana, sotoy gua? Hahaha. Kamu akan nemuin nuansa yang berganti-ganti ini kalo explore sekitaran Cathedral de Granada. Jangan lupa belanja souvenirs di Alcaiceria plus nyicip kuaci kupas manis nan gurih di Sabor a Espana, enak banget gaes! Trus, setelah itu lanjut ke Ysla nyobain Piononos, desert khas yang rasanya susah dideskripsiin. Seperti rasa yang tidak pernah ada diantara kita gitu. Hahaha, apasih!


Cathedral de Granada yang bangunannya guedaaa!


Napak Tilas Lokasi Syuting Film/Drama Favorit Kamu? Bisa banget sih!


Kamu penggemar Game of Thrones? Kalo pengen merasakan gimana suasana aslinya Westeros & Essos kamu bisa masukin Cordoba atau Seville ke bucket list kamu. Katanya ya... saya tahu dari browsing aja sih. Hehehe. Trus masih dari hasil baca-baca, lokasi syutingnya ada di beberapa kota lain juga misalnya Girona, Caceres, dan Almeria. Di Spanyol memang ada banyak kastil, katedral, bendungan, dan jembatan jaman dulu yang masih utuh. Pokoknya Spanyol kayak open-air museum lah. Tapi kami kemarin tidak kesana, karena Agung lebih suka napak tilas lokasi syuting drama Korea cem Memories of the Alhambra dan Legend of the Blue Sea. Wkwk. Enggak juga deng! Saya ngusulin ke Agung juga sih, hihihi.


Ngomong-ngomong soal drama Memories of the Alhambra, dari judulnya sudah ketahuan ya kalo syutingnya di Granada. Saat itu Agung ambi banget buat bikin foto mirip posternya drama ini. Agung atau kami ya? kami deh. Hahaha. Poin penting dari foto itu adalah background-nya harus Alhambra Palace dan kota Granada dari atas. Dari hasil google, sepertinya lokasi fotonya di Sacromonte, dan pas banget juga disana biasanya ada pertunjukan Flamenco di Cave Resto yang Agung pengen lihat. Jadilah kami bertekad menaiki jalan menanjak tanpa mengeluh, cuma bengek ajah sih. Hhh… Navigator saya—Agung, red. bilang kalo kami harus masuk ke arah perumahan. Kami berjalan diantara rumah-rumah yang mayoritas di cat putih. Beberapa diantaranya ada yang mirip gua dengan dinding batu putih. Jalanannya tidak diaspal, tapi dari batu alam yang ditata rapih. Long story short, kami malah sampai di tengah tanah kosong yang buntu. Hemm... gagal pemotretan deh kite. Tapi enggak apa-apa sih, sepanjang jalannya cantik banget. Thanks to Google.


Lorong-lorong yang kami lewati sebelum tersesat.


Awalnya saya pikir napak tilas lokasi syuting seperti ini itu agak norak, tapi setelah dijalanin ternyata seru juga. Rasanya agak mirip nostalgia tapi nebeng kenangannya orang lain, hehe. Beberapa tempat lain di Granada yang jadi lokasi syuting drama ini adalah Calle Caldereria Nueva, yaitu jalanan kecil old-fashioned yang penuh dengan toko souvenir barang-barang khas Maroko. Hyun Bin lari-lari ganteng disini pas lagi main game. Fyi, episode 3 gaes. Lalu Mirador de San Nicolas, scene-nya Park Shin-Hye sebagai Guide lagi jelasin ke turis-turis. Anyway, di samping Mirador persis itu ada masjid juga gaes, Mezquita Mayor de Granada, kita bisa melipir kesini kalo di Mirador rame karena di masjid lebih kondusif. Kita bisa sekalian sholat juga. Terakhir tentunya Alhambra Palace sendiri, scene Park Shin-Hye pas jadi Guide juga.


Salah satu taman di dalam Nasrid Palace yang selalu ada kolam atau air mancur. Ada air dimana-mana di dalam Istana.


Naik kereta ke Barcelona… enggak mau berpantun sih gaes, cuma bridging aja.. hehehe. "Kita jadinya kemana Gung?", tanya saya ke Agung sesampainya kami di salah satu stasiun kereta di Barcelona. "Sitges". Saya enggak bertanya lagi, karena percaya Agung pasti sudah riset. Selama perjalanan tidak ada yang istimewa sampai akhirnya saya melihat laut yang warnanya super biru cerah. Sitges cantik dan nostalgic, sekilas suasananya seperti Santorini—padahal belum pernah kesana. Hahaha. Maksudnya bangunannya putih-putih gitu gaes. "Ini tempat syutingnya Legend of the Blue Sea fir.. Hahaha...", kata Agung ketawa sendiri. "OOOww...", jawab saya pura-pura paham. Wkwk. Maksud Agung adalah gereja tua di pinggir pantai, Sant Bartomeu i Santa Tecla de Sitges namanya. Laut disana biruuw dan bersiiih banget, tapi hawanya puwanas puoool. Bikin esmosi, wkwk, apalagi kalo ketemu orang yang minta-minta dan ngikutin kita. Super annoying! Mungkin ada kawula muda yang bertanya-tanya, kok Eropa panas sih? Iya! summer kemarin suhunya sampai diatas 30 derajat gaes, balik-balik kami buluk. Hahaha.


Sant Bartomeu i Santa Tecla de Sitges.


Makanannya Endulita dan Muslim Friendly!


Saya suprise banget sih karena awalnya saya enggak expect kalo disana ada banyak restoran halal dan rasanya enak-enak banget. Saya pikir saya akan makan omelette kentang tiap hari atau salad dari Supermarket. Saya bukan tipikal yang kulineran dan wajib nyobain makanan khas gitu lho, yang penting halal dan kenyang. Tapi Agung beda, makan proper adalah bentuk self reward dan nyobain makanan khas adalah sebuah keniscayaan. Dari pada terombang-ambing dalam kebingungan tentu saja saya ngikut Agung lah. Jadi, apa saja yang kami makan di Spanyol? Yuk ikuti petualangan kami! Haha, cem itu aja…


“Gua harus nyobain churros!”, kata Agung diperjalanan cari sarapan sesampainya kami di Granada. Sebenarnya dalam hati saya bertanyea-tanyea, “Hah, kenapa? Emang churros khas Spanyol?”. Untung enggak jadi saya omongin. Hihihi. Setelah mondar-mandir dan basah karena hujan yang mendadak, akhirnya kami nemu resto dengan jendela lebar di sudut jalan. Kami duduk di kursi samping jendela supaya leluasa melihat orang lalu lalang di trotoar. Saya pesan satu set menu sarapan isinya croissant, kopi, dan jus jeruk, sedangkan Agung pesan churros lah pasti. Kami melongo begitu churros-nya keluar karena bentuknya seperti cakwe. Wkwk. Rasanya asin kalo enggak salah dan ada celupan coklat panas yang tidak terlalu manis dengan tekstur kayak dicampur tepung. Semuanya enak dan ringan buat sarapan, kecuali jeruknya yang aceeem.


Maapkan muka saya yang tidak terkontrol, itu saya belum tidur (proper) dan mandi setelah perjalanan 24 jam lebih.
Agung gitu amat juga si motonya. >.<


Kamu penggemar kebab, shawarma, olahan beras basmati, falafel, chicken tikka masala, kofte, dan saudara sebangsanya? Selamat! burunan gih beli tiket ke Spanyol-nya. hehe. Makanan-makanan itu ada di menu beberapa resto halal yang kami datangi seperti resto Pakistan, Iran, Syiria, dan Turki. Enak kan, sekali dayung dua-tiga pulau... Menurut klean apaqa saya bisa bedain rasanya? tentu saja tidaaak. Semuanya punya rasa rempah-rempah yang kuat, kacang, butter, dan asam dari yogurt atau perasan lemon atau kismis. Menurut saya rasanya antara enak dan enak banget, mungkin ada faktor kelaperan juga sih, hehe. Diantara semua yang saya coba, peringkat pertamanya adalah beef kofte curry (kalo tidak salah ya.., Gung, tolong dong!) dan paella (dieja pah-AY-ya) di Zeitoun Cafe, Granada. Paella ini national dish-nya Spanyol gaes, yaitu nasi—yang bijinya bulet gembul gitu—dimasak bareng kaldu ditambah buncis gepeng (bajoqueta), kacang lima, daging, saffron atau kunyit. Yha, lebih gampangnya nasi campur lah. Penyajiannya di wajan bulet tipis gitu, nasinya juga tipis, setipis dompetmu! eh dompetku. Maap, hehe.


Ini dia juaranya!


Kalo kamu bosen makan kebab, dkk., di Madrid ada restoran Indonesia yang masakannya enak banget juga lho. Namanya Sabor Nusantara. Resto ini punya orang Kalimantan dan semua pegawainya impor dari Indonesia. Ada mas-mas kera ngalam, eceu dari Bandung, kokinya dari mana ya lupa. Jangankan nasi goreng, rawon juga ada disana. Tapi harganya memang sedikit lebih mahal dibanding makanan dari resto Timur Tengah tadi. Ya wajar aja sih, kluweknya pasti juga impor kan. Karena merasa sebangsa setanah air, kami tawa-tiwi ngajakin ngobrol siapa tahu dikasih diskon 50% kan. Yha~ ternyata enggak semudah itu sih gaes. Wkwk, canda yah. Ikut bangga ada yang "mewakili" Indonesia disana, makanannya enak-enak lagi. Saya lihat orang Spanyol yang lagi pada makan disana sepertinya juga menikmati. Sewaktu pamitan, owner-nya sempat nanya kami mau kemana aja lalu berpesan, "pokoknya kalo ke tempat rame tas-nya harus ditaro depan ya, harus waspada!". Saya bukan jadi waspada aja, tapi parno. Huhu.


Piononos, teksturnya mirip kue sponge yang dicelup gula cair.


Di Spanyol Olah Raga Bukan Hal yang Syulit


Kamu struggle jadwalin olah raga seminggu sekali? Sama! Kayaknya ini permasalahan budak korporat se-Jakarta Raya deh. Bahkan untuk dapat langkah 5K/hari saja saya harus merekayasa rute pulang kantor. Misalnya saja milih naik MRT dari stasiun yang jaraknya 2,5KM-an padahal ada stasiun yg jaraknya cuma 800M-an. Demiii… supaya enggak gampang pegel kalo duduk ato berdiri lama. Bersyukur banget sekarang trotoar dan ruang ketiga-nya Jakarta udah banyak dan bagus, jadi nyaman buat jalan santai sambil dengerin musik. Ini kondisi Jakarta terbaik selama 10 tahun saya disini, terima kasih Pemkot Jakarta! #bukankampanyeterselubung, hehe.


Saya nulis ini bukan karena orang Spanyol lebih rajin olah raga dari pada orang Indonesia ya. Saya cuma mau membandingkan diri saya sendiri saat di Jakarta dan Spanyol, yang sebenarnya enggak apple to apple juga sih. Di Jakarta saya kerja, di Spanyol jalan-jalan. Trus sebenarnya tulisan ini buat apa ya? Buat cerita aja kalo selama disana kemarin saya rata-rata jalan sampai 20K langkah/hari. Bagi saya itu cukup mengesankan soalnya gaes. Hahaha. Jadi kenapa sih saya bisa jalan sebanyak itu? Pertama, ngirit. wkwk. Kedua, jalur pejalan kaki-nya luas dan bagus. Ketiga, sejauh mata memandang banyak bangunan yang artistik. Kalo naik MRT kita enggak bakal bisa lihat, karena jalurnya kebanyakan underground. Kan bisa naik bis kota? Yha... balik lagi ke pasal satu. Wkwk. Apalagi ya? Oh, kawasan wisata yang kami datangi itu luasnya kayak satu desa gitu lho dan letaknya di bukit, misalnya  Segovia, Toledo. Satu hal tentang Toledo, kota ini pernah jadi Ibu kota Spanyol di masa lalu dan umurnya udah tua banget (di-mention sejak abad ke-5 SM). Berjalan diantara bangunannya membuat saya seolah berada dalam labirin karena banyaknya gang-gang kecil diantara bangunan tinggi. I felt like stepping into time machine, menyusuri labirin masa lalu. Etdaaah.


Labirin-labirin masa lalu di Toledo.


Last but not least, kalo kamu fans-nya Timnas Spanyol atau Barca, orang-orang ganteng model si Gavi itu bisa ditemuin sepanjang jalan, wkwk. Cakep-cakep banget orang Spanyol! Dari hasil muter-muter Madrid, Granada, Toledo, Segovia, dan Barcelona, menurut saya orang-orang yang saya lihat di Granada yang paling ganteng & cantik. Wangi aroma bunga lagi. Tenaaang… Saya enggak ngendus-ngendus di badan mereka gitu kok gaes, Hahaha... Ya gitu deh cuplikan travelling ke Spanyol. Semoga bisa kasih sedikit insight buat kamu yang punya rencana ke Eropa ya. Kalo belum dapet insight-nya ya maapkan ygy. Oh ya! satu lagi. Spanyol itu kalo dianalogikan sebagai cewek, dia adalah cewek yang bright, playful, dan suka pakai baju motif floral. Udah sih gitu aja, enggak penting, wkwk. Terima kasih ya sudah mampir baca. Lain waktu saya pengen cerita tentang Alhambra, semoga enggak sampai berbulan-bulan ya nulisnya. ¡Hasta luego!


 

5 komentar

  1. Spanyol dan Maroko cocok buat tour nuansa timur tengah klasik kayaknya ya. Bangunan dan makanannya mirip-mirip gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cocok sih nyo.. ya karena jejak-jejak peninggalan moorish masih ada.. tapi aslinya Spanyol itu campur-campur.. Soal makanan, memang ada influence Arabnya tapi aslinya enggak Timur Tengah banget nget sih kayaknya.. yang paling mirip ya olives is a must, entah oil ato acar.. kemarin karena kami cari yang halal akhirnya ke resto Timur Tengah. Tapi surprise-nya ya resto Timur Tengah-nya lumayan banyak.. Ada resto chinese food juga sih tapi kokinya enggak chinese, ada yang ngganjel gitu.. hehe

      Hapus
  2. Meskipun aku sama sekali gak nonton Memories of the Alhambra dan Legend of the Blue Sea--aku malah nontonnya Marimar yang kamu mention tapi gak berguna itu, I LIKE THIS STORYYYYY! Kayak, WOW ini yaaa yang aku dan Oyong lewatkan kemarin :'))))

    Bagus banget Granada dan Segovia mashaa Allah! Foto-fotonya bagus ya tumben deh wkwk. Terus Sitges itu yang dipinggir laut yang aku video call dan kamu diikutin Bapak Bapak aneh itu bukan si?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, maksudnya mau bilang anjing gitu lho tin.. tapi ternyata anjingnya Marimar namanya bukan Ferguso juga tapi Pulgoso. Haha, yasudahlah!

      Iyaa, baguch banget! Subhanallah! Foto bagusnya itu salah satu dari puluhan jepretan, ekekek... iya beneeer! abis kamu vid-call itu kejadiannya.

      Hapus
  3. foto-fotonya estetik .... perlu belajar banyak aku ....

    BalasHapus